Mengenai Komentar Annisa Pohan di Path : Privasi Daring dan Pengamat Dadakan

6:07:00 PM


Path

Beberapa waktu lalu pengguna internet lokal dihebohkan dengan komentar Annisa Pohan di Path yang "marah-marah" di postingan seorang teman pada platform Path. Komentar mbak Annisa tersebut memberi kesan pada netizen bahwa ia tidak suka dengan komentar temannya yang tidak berada di pihak yang sama di pilkada DKI (mbak Annisa adalah istri dari calon no. urut 1 di pilgub DKI). Hal seperti ini tidak akan terjadi di era sebelum media sosial merajalela.

 
Komentar Annisa yang Tersebar Luas

Mengenai Privasi

Path adalah sebuah media sosial yang memiliki keunikan mengenai jumlah temannya. Salah satu value dari Path sendiri adalah Privacy, dimana mereka percaya bahwa pengguna bukan produk. Jadi, hal yang dibagikan di Path etisnya cukup diketahui oleh 500 orang yang berada di friendlist.

Perilaku menyebar tangkapan layar dari Path milik seseorang yang memperlihatkan komentar mbak Annisa tersebut sangatlah tidak terpuji. Mungkin hal ini disebabkan juga akan kesadaran masyarakat Indonesia mengenai privasi daring yang masih kurang. Salah satu kutipan yang baik mengenai privasi dan dikatakan oleh Edward Snowden adalah sebagai berikut:

"Arguing that you don't care about the right to privacy because you have nothing to hide is no different than saying you don't care about free speech because you have nothing to say,"

Entah bagaimana caranya, masyarakat Indonesia harus lebih mengerti mengenai urgensi dari privasi daring. Walaupun memang sulit karena perilaku media sosial masyarakat Indonesia juga masih belum bisa dikatakan cerdas. Misalnya dalam penyebaran berita. Kata dosen saya, mungkin kuota di Indonesia mahal sehingga berita disebarkan cukup melihat headline saja tanpa melihat keseluruhan isinya :))

Selain itu, perilaku "sok pakar" yang disebutkan oleh Annisa Pohan (atau Annisa Yudhoyono) di komentarnya di Path yang tersebar juga sebenarnya mudah dijumpai di media sosial loh.

Anda Pengamat Dadakan? 

Sadar atau tidak, memang pengguna media sosial sering jadi pengamat dadakan semenjak ponsel pintar semakin mudah dijangkau, terutama kalau sering update status/twit/post.

Timnas Indonesia masuk piala AFF, tiba-tiba jadi pengamat sepakbola nasional. 
La La Land muncul di bioskop, tiba-tiba jadi pengamat film.
Donald Trump menang, tiba-tiba jadi pengamat politik Amerika.
Dan yang dibilang mbak Annisa, Pilgub DKI lagi jalan tiba-tiba jadi pengamat politik Jakarta. 

Akan tetapi bukankah memang media sosial menyediakan sarana untuk itu? Posting sesuatu di media sosial menjadi metafora dari orang yang ngomong di mimbar, ditonton dan ditanggapi banyak orang. Kalau kontennya tidak menarik, ya orang yang melihat, suka dan menanggapi otomatis juga tidak akan banyak.

Sebenarnya, komentar tentang suatu isu tidak sekonyong-konyong membuat orang yang berkomentar menjadi layak disebut pengamat. Hal ini masih wajar karena berkomentar terhadap suatu isu hanya menyatakan bahwa orang tersebut memiliki suatu sikap. Orang tersebut memiliki pandangan terhadap suatu isu atau masalah dari sudut pandang dan kapasitas dirinya. Pandangan yang diungkapkannya, tentu tidak selalu sama dengan pandangan orang-orang lain. Disinilah akhirnya muncul diskusi, pandangan-pandangan yang berbeda. Asalkan dilakukan dengan terbuka, diskusi ini akan menjadi produktif dan memperkaya aktivitas berpikir.

Kalaulah komentar dan memiliki pandangan terhadap suatu isu langsung dicibir dan dicap negatif sebagai pengamat dadakan, makin banyak orang yang apatis. Misalnya saya sebagai mahasiswa informatika sama sekali tidak boleh memiliki pandangan terhadap ekonomi kan bahaya. Justru perbanyaklah diskusi dan punya sikap terhadap berbagai isu, dengan opini yang bisa dipertanggungjawabkan. Toh, postinganmu harimaumu juga kan :)

N.B. : 
Tangkapan layar dari Path tersebut tidak dimaksudkan untuk semakin menyebarkan privasi orang lain. Tangkapan layar tersebut sudah tersedia luas di internet, mudah didapatkan, dan digunakan pada tulisan ini untuk menyediakan konteks yang diperlukan
 

You Might Also Like

1 comments

Popular Posts

Tweets